Suatu hari (beratus-ratus hari yang lalu…ding) Aku naik BIS dari Blok M menuju Bangka (jadi anak kost dekat mesjid Alhikmah…biar kecipratan ilmu agamanya). Alhamdulillah, Aku bisa duduk dengan tenang walau sempat berebut tempat duduk saat masuk ke dalam bis kota tua berwarna merah. Aku duduk dekat pintu masuk Bis biar bisa menghirup udara luar walau penuh dengan debu-debu polusi.
Saat Bis terus melaju, tiba-tiba ada ibu sedang hamil besar berpostur besar pula naik ke dalam Bis. Aku tetap duduk manis sambil sesekali melihat pemandangan luar, tapi tiba-tiba aku terperanjat saat menoleh, karena tak ada satupun laki-laki yang sedang duduk untuk beranjak memberikan tempat duduk pada ibu hamil tersebut. Mereka membiarkan si Ibu hamil bergelantungan di dalam bis sambil menahan beban tubuhnya hingga sempoyongan ke kiri kanan bahkan ke depan belakang karena bis terus melaju kencang (Biasalah..namanya Bis kota pasti kebut-kebutan). Aku berdiri dan mempersilakan si ibu tersebut untuk duduk di tempat yang aku duduki. Aku gak tega melihat ibu hamil itu dibiarkan berdiri oleh para lelaki yang tak punya nyali kelaki-lakiannya. Aku hanya ingin sedikit memberi pelajaran kepada mereka…agar terketuk hatinya menjadi laki-laki sejati…dan saat aku berdiri dan bisa menatap seluruh penghuni Bis kulihat mereka tetap terlihat duduk tenang…tanpa dosa..bahkan ketika si ibu hamil itu turun dari bis dan Aku bermaksud duduk kembali di tempat yang aku duduki sebelumnya… Eh,…tiba-tiba ada laki-laki yang tadinya berdiri bergelantungan di samping saya tanpa malu-malu menyerobot dan duduk di tempat duduk yang mau aku tempati. Aku cuma bisa menarik napas…tinggi-tinggi ( dalam hati ini berkata…banci ya mas).
Kejadian ini sering aku temukan saat aku naik Bis, di Halte, KRL atau mungkin dimanapun. Terkadang Aku gak ngerti..apakah ini yang mereka maksud emansipasi. Karena Wanita selalu ingin disamakan dengan laki-laki. Bisa jadi mungkin ini salah satu bentuk protes para lelaki yang tidak terlalu setuju dengan pendapat persamaan gender atau bahkan mungkin mereka memang memanfaatkan isu persamaan Gender. Karena itulah….para wanita..harus bisa memahami emansipasi yang dimaksud oleh R.A kartini…dan inilah kewajiban kita untuk menghembuskan pemahaman emansipasi versi R.A kartini yang sebenarnya.
“ Minadzhuluumati ILa NNuuR”…. Dari kegelapan menuju Cahaya….yang sekarang kita kenal Habis Gelap terbitlah Terang. Ingat..bahwa emansipasi yang diperjuangkan R.A kartini adalah masalah hak2 wanita yang sesuai dengan fitrahnya terutama pendidikan…dimana menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki dan perempuan. Untuk masalah menuntut ilmu, perempuan juga punya hak yang sama dengan laki-laki… dan islam pun berkata demikian. Zaman dulu para orang tua masih meremehkan gadis kecilnya untuk terus melanjutkan pendidikan. Mereka malah lebih memprioritaskan anak gadisnya untuk dinikahkan saat usia sudah mulai baligh. Jadi tidak jarang mereka yang tidak lulus sekolah atau maksimal lulus SD atau Sekolah rakyat langsung dijodohkan. Karena itulah R.A Kartini memperjuangkan persamaan hak dalam menuntut ilmu seperti Islam berkata demikian “Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan”.
Namun sebaliknya, sekarang emansipasi sudah kebablasan….semua hak dan kewajiban laki-laki ingin selalu disamakan tanpa terkecuali…masalah pekerjaan, gaya hidup, pergaulan seperti tak ada ruang pembatas yang membedakan antara fitrah wanita dan laki-laki.
Padahal secara fisik pun sang Pencipta sudah jelas-jelas membedakan…bentuk laki-laki dan wanita termasuk system hormonal, kerja otak, emosional, dll.
Qta..punya hak masing-masing…dan punya kewajiban masing2…laksana siang dan malam, terang dan gelap, langit dan bumi…itulah fitrah alam yang mengajarkan pada fitrah insani.
Jadi ….untuk para wanita…. Kenapa kita harus menuntut persamaan dalam segala hal yang terkadang..menabrak dari segala fitrah yang telah ditentukan Sang maha Pencipta?..Lalu untuk para Lelaki…kembalikanlah……naluri kelaki-lakianmu.