Kunjungan Hillary Clinton terakhir ke Israel dan kawasan Timteng sebelum mengundurkan diri dari Menlu Amerika mendekati pemilu negeri itu agaknya ingin meninggalkan “sidik jari loyalitasnya dan kesetiaan Amerika” terhadap Israel baik dalam segi keamanan, eksistensi dan masa depannya. Menurut sejumlah laporan, Mrs. Clinton ini ketika tiba langsung di Israel pada 16/7 melupakan hakikat eksistensi Arab di Palestina dengan akar sejarahnya dan prahara yang mereka dan melupakan terorisme terbuka zionis Israel sejak awal abad lalu.
Clinton mengeluarkan statemen yang mengungkap taring-taringnya dan membuka kedok wajah politik Amerika yang berkoalisi dengan negara-negara itu di atas puing-puing Palestina. Statemen itu jelas memiliki makna dan indicator strategi untuk kepentingan Israel.
Di depan presiden Israel Simon Peres di Jerusalem, Clinton menegaskan dengan pongahnya, bahwa perubahan cepat di Timteng selama 18 bulan terakhir telah menciptakan ketidakjelasan nasib Israel namun kondisi itu juga menciptakan peluang. Ia menegaskan, ini peluang mengubah perkembangan target-target bersama kami (AS-Israel) dalam hal keamanan, stabilitas dan perdamaian dan demokrasi. Ia menambahkan, sahabat Israel semacam kami dituntut untuk berfikir dan bekerja sekaligus. “Ini waktunya tepat untuk mewujudkan target-target Israel dan Amerika di kawasan Timur Tengah.
Manakah sekarang peran Menlu Amerika sebagai mediator dalam proses perundingan dan perdamaian?
Ini bukan pertama kalinya Hillary Clinton. Ia memiliki daftar panjang sikap dan statemen menina bobokkan Israel di atas luka Palestina. Itu pernah disampaikan pada peringatan 62 berdirinya Israel yang dianggapnya sebagai peluang merayakan apa yang sudah dicapai Israel selama ini dan menguatkan kembali persatuan bansga kami berdua. Ia juga menegaskan, bangsa kami Amerika tak akan pernah melemah dalam tekadnya melindungi Israel dan mendukung masa depannya. “Saya memiliki komitmen mendalam terhadap Israel dan juga presiden Obama.” Tegasnya. Maka kini loyalitas Amerika sejak Obama dipilih menjadi presiden terhadap Israel semakin kentara jelas.
Lantas jika Mrs. Clinton menegaskan ini waktu tepat untuk mewujudkan target besama AS-Israel, apa yang tersisa bagi mereka yang mengadalkan kepada politik negara Paman Sam ini?
Sekarang kaitan ini dengan kehancuran yang dialami Suriah? Seharusnya mereka yang menggantungkan nasib Arab kepada Amerika segera sadar bahwa telah terjadi kemunduran besar dan mengakar dalam sikap mereka soal perundingan. Ini kemunduran dan penyelisihan dari janji-janji yang pernah disampaikan Obama kepada dunia Arab dan Islam yang katanya akan mengakhiri penderitaan Palestina, mendirikan negara, membekukan pemukiman.
Yang disampaikan Obama hanya kebohongan terbesar dan membuang-buang waktu.
Sebaliknya AS memberikan peluang bersejarah bagi masa depan Israel untuk membangun dan status quonya di tanah Arab.
Jadi sejak dipilih jadi presiden, Obama hanya menjual kata-kata untuk konsumsi media semata kepada Palestina dan Arab. Sementara pada saat yang sama ini telah memberikan kepada Netayahu dan Israel jaminan-jaminan, janji, dana, tindakan nyata, veto di DK PBB. Sementara Amerika memberikan “tongkat keras”; berbagai tekanan, ancaman penghentian bantuan dana kepada Palestina dan Arab!! (bsyr/Al-Yaom Jordania) | Info Palestina